Grobogan.
Budaya syarat makna di gelar ratusan warga desa Ngombak dan Karanglangu,
kecamatan Kedungjati. Ritual yang di namai Asrah Batin, di warnai arak-arak ratusan
warga Desa Karanglangu, menemui desa saudara mereka warga Desa Ngombak di tepi
sungai Tuntang. Sekadar ingin menemui
warga Ngombak, arak-arakan warga karang langu yang terdiri atas orang tua dan
anak - anak, rela berpanas panasan melintasi
kawasan hutan jati sejauh tujuh kilometer .
“
Ritual ini terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap Kedhana – Kedhini,
yaitu Raden Bagus sutejo dan Raden Ayu Roro Mursiah yang merupakan sesepuh
kami. Mereka berdua diyakini sbagai pendiri desa Karanglangu dan Desa Ngombak.
Sebagai saudara tua Karanglangu sengaja menemui warga Ngombak untuk
mempererat jalinan persaudaraan,”
Sebagai pimpinan acara adalah Kepala Desa, Kepala Desa berpakaian jawa lengkap dengan
Beskap dan Keris berselip di punggung. Dia berdiri di tepi sungai Tuntang,
menungu kedatangan arak – arakan warga desa Karanglangu yang tengah bersiap
menyeberang ke barat.
Busana
yang di kenakan tidak terpisahkan dari
kisah awal berdirinya desa Ngombak dan Karanglangu, ratusan tahun lalu. Di tepi
sungai, hampir serupa,kepala desa Karanglangu bersiap menyeberang juga
mengenakan pakaian adat Jawa diikuti rombongan warga. Khusus Kepala Desa
Karanglangu, disiapkan Joli ( Tandu) agar tidak basah ketika menyeberang
sungai.
Angkat Joli
Belasan
Pemuda warga Desa Nombak berotot kekar kemudian mengangkat Joli menuju ketepian sungai sebelah barat.
Kemudian Kepala Desa Ngombak dengan di
dampingi camat Kecamatan Kedungjati dan ratusan warga Ngombak menyambut
kedatangan Joli berisi Kepala Desa Karanglangu dengan suka cita. Dari tempat
itu rombongan bergerak ke pendopo kepala Desa Ngombak yang berjarak sekitar 300
meter dari sungai. Segala hal berkenaan dengan prosesi itu, akhirnya dijelaskan
secara gamblang oleh pranata adicara (pembawa acara), ketika arak – arakan
singgah di pendopo/kediaman Kepala Desa Ngombak, Prosesi ini tak lain untuk
mengenang Kedhana – Kedhini sebagai cikal bakal desa tempat tinggal mereka.
Keduanya adalan kakak beradik yang sempat hidup dengan keprihatinan setelah
terusir dari rumah.
Mereka
sempat berpisah, meski akhirnya di pertemukan kembali ketika memasuki usia
dewasa. Kedhana ketika iti telah berhasil mendirikan Desa Karanglangu,
Semantara Kedhini bersusah payah mendirikan Desa Ngombak.
Karena
lama tidak pernah berjumpa, mereka jatuh cinta ketika suatu saat bertemu. Hari
dan waktu untuk menikahkan telah ditetapkan oleh keduanya,dan akhirnya mereka
berencan untuk mengadakan pernikahan. Namun, Sebelum berlangsung , Kedan merasa ada yang
aneh dari calon isrinya. Luka yang sama dengan pelipis sebelah
kananya,sedangkan luka yang dimiliki adiknya pelipis sebelah kiri, Keanehan itu terlihat dari tanda tanda luka di
tubuh Kedini yang mirip dimiliki adiknya sewaktu kecil. Keanehan itu pula
akhirnyan membuka tabir rahasia mereka sebagai kakak beradik.
Perkawinan
itupun urung di lakukan , meskipun
prosesi budaya terus di lestarikan anak cucu dari waktu kewaktu. Di iringi
gending Kebo Giro, Kepala Desa Karanglangu mewakili sosok Kedana di pertemukan
dengan Kepala Desa Ngonbak mewakili figure Kedhini dalam sebuah prosesi
memperingati pernikahan Kedhana – Kedhini yang batal dilakukan.
Setelah
Panitra adhicara menceritakan kisah perjalanan dan pengembaraan Kedhana dan
Kedhini sehingga menjadikan Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kemudia acara di
lanjutkan yaitu grebeg tumpeng dan grebeg Nasi buntel Botok Nasi Mangut. Yanag
kemudian diperebutkan oleh ribuan masyarakat yang dating, yang tidak hanya dari
Desa Ngombak Melainkan Dari Desa –desa lain maupun dari luar daerah kabupaten
Grobogogan. Dalam sebuah angapan, meyakini bahwa siapa yang berhasil
mendapatkan bungkusan Botok Nasi Mangut itu akan memperoleh rejeki yang
melimpah dan bisa menyembuhkan orang sakit. Banyak pula mereka menggunakanya
untuk di taburkan ke dalam sawah mereka agar menjadi subur. Terlepas dari benar
atau tidaknya itu merupakan tradisi budaya yang patut di lestarikan dan di jaga
terus menerus.
Gebyuk
adalah awal sebelum prosesi berlangsungnya Asrah Batin, Tepatnya dua pekan
sebelum Acara Astah Batin. Gebyuk atau Ngkrabyok yang dalam bahasa Indonesia
artinya menjaring atau menangkap ikan itu adalah syarat pertama yang harus di laksanakan
oleh warga Ngombak. Dilakukan pada hari jumat pukul 14.00 WIB sampai selesai sekitar sebelum Magrib.Kegiatan ini adalah
untuk mencari ikan di sungai Tuntang (Kedung Miri). Berbondong-bondong Tua muda
dan anak-anak dengan membawa perlengkapan menangkap ikan yang lengkap, warga
Desa Ngombak pun Memadati Kedung miri,
salah satu pusaran sungai yang dalam tersebut. Warga yang laki-laki membawa
Jaring,Jala dan ada pula yang menyelam di dasar sungai. Bagi yang perempuan dan
ibu-ibu menggunakan Irik( sejenis Serok yang terbuat dari Bambu yang melingkar).
Ikan yang paling di utamakan di dapat adalah ikan Mangut, , Ikan yang berbentuk
lonjong dan bersisik putih, mirip ikan Wader tersebet adalah sebagai prasarat
upacara Asrah Batin. Adpun sebagai tradisi yang tidak lepas dari unsure budaya,
agama dan kejawan itu pun di iringi dengan doa-keselamatan dan kemudahan dalam
mencari ikan.
Satu
minggu setelah prosesi penangkapan ikan menggunakan alat-alat sederhana,
kemudian dilanjutkan dengan acara massal yang di namakan dengan TUBHO. Tubho
yaitu kegiatan mencari ikan masal yang dilakukan serentak semua warga Desa
Ngombak. Yang diikuti ribuan masyarakat dari daerah-daerah lain. Acara ini
merupakan panen raya Ikan yang sebelumnya selama dua tahun di jaga agar tidak
di buru dengan racun ikan.
Untuk
mengawali kegiatan ini,terlebih dahulu Modin(pemangku agama) dan Juru kunci
mendatangi pendopo Kepala Desa, adapun dilkukan adalah untuk meminta restu dan
kemudian Kepala Desa menyerahkan dua batang pohon Tebu Hitam untuk di bawa ke
titik-titik lokasi yang akan di obati
Ikannya. Adapun titik lokasinya adalah tiga tempat, yang pertama di tepi jurang
bawah pohon Besar yang meupakan Kedung keramat yang pertama, dekat dengan makam
pendiri Desa Ngombak. Dengan melafaskan doa-doa dan tidak lepas dari unsur
kejawennya sang Modin dan Juru Kunci memberikan persembahan makanan dan
sesajen.
Lokasi
persembahan kedua yaitu di Watu wadas
malang (yaitu batu cadas yang membendung setengah sungai). Seperti yang
pertama,upacara persembahapun dilakukan.
Menginjak
ritual yang terakhir yaitu Titik pusat ritual, Tepatnya di Kedung Tumpeng yang
keseluruhan prosesi ini merupakan alur Sungai Tuntang. Kedung tumpeng merupakan
titik arus sungai yang memusar yang dalamnya belum pernah bisa di jajaki. Konon
dalam sebuah cerita di dalamnya ada lah sebuah Gua yang berpusar sapai
KedungMiri. Kemudian acara ini di
lakukan dengan persembahan dan pemotongan Gunungan Tumpeng yang akan di kepada
seluruh warga yang mengiringinya. Dan Puncak acara ini adalah TUBHO. Sang Juru
Kunci membawa obat ikan yang dimasukan ke dalam Gentong besar, kurang lebih
seberat sepuluh kilo gram obat ikan, kemudian di larung ke dalam Kedung untuk
di pecahkan. Setelah sang Juru Kunci keluar dari air barulah serentak warga Ngombak
dan ribuan masyarak dari daerak lain
bersama-sama mencari ikan, sejauh mata memandang,sejauh kurang lebih 20
kilometer masyarakat merasakan pesta ikan. Kegiatan yang berakhir dengan
menyenangkan dan sakral dan patut dilestarikan.
insaya Allah Asrah batin yang akan datang jatuh pada awal bulan juli 2012
Ucapan terima kasih pada pihak yang telah memberi informasi tentang Upacara Asrah Batin ini melalui Tutur cerita
0 komentar:
Post a Comment