1. Andy F. Noya
PimRed Metro TV ini belum lulus sarjana…Satu hal yang menarik, Andy
sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus SD Sang Timur di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di Sekolah Teknik
Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura. “Tetapi sejak kecil saya
merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun
dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai
jalan hidup saya,”?tutur Andy.
2. Adam Malik
Adam Malik Ternyata orang yg dikabarkan Agen CIA ini ternyata gak pernah ngenyam bangku sekolah.
3. M. H. Ainun Najib
Emha Ainun Nadjib hanya tiga bulan kuliah, Pendidikan formalnya
hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
(UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo
karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun
ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I.
Selebihnya Beliau jadi pengembara ilmu di luar sekolah hingga dia bisa
jadi manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi).
4. Abdullah Gymnastiar
Abdullah Gymnastiar
Ternyata sukses menjadi kiai dan wirausahawan (pengusaha besar) tanpa
ijazah. Walaupun sudah lulus, tapi dikabarkan sampai saat ini belum
mengambil ijazahnya.
5. Ajip Rosidi
Ajip Rosidi
Dia menolak ikut ujian akhir SMA karena waktu itu beredar kabar
bocornya soal-soal ujian. Dia berkesimpulan bahwa banyak orang
menggantungkan hidupnya kepada ijazah. “Saya tidak jadi ikut ujian,
karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”?. Dan itu dibuktikan
dengan terus menulis, membaca dan menabung buku sampai ribuan jumlahnya.
Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu di Jepang, Dia yang
tidak punya ijazah SMA, pada usia 29 th diangkat sebagai dosen luar
biasa Fakultas Sastra Univ. Padjadjaran. Lalu jadi Direktur Penerbit
Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya pada usia
43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai pensiun. Berikut Sejarah
Pendidikan Beliau :
1. Sekolah Rakyat 6 tah di Jatiwangi (1950)
3. Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat)
6. Bob Sadino
Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah
anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob
yang ketika itu berumur 19 th mewarisi seluruh harta kekayaan
keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup
mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling
dunia dan tidak melanjutkan kuliah. Dalam perjalanannya itu, ia singgah
di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 t. Di sana, ia bekerja di
Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika
tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami
Soejoed.
Pada th 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa
serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual
untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang
lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di
Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia
memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
7. Andrie Wongso
Andrie Wongso
Anak ke 2 dari 3 bersaudara ini terlahir dari sebuah keluarga miskin
di kota Malang. Di usia 11 th (kelas 6 SD), terpaksa harus berhenti
bersekolah karena sekolah mandarin tempat andrie kecil bersekolah
ditutup. Maka SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar yang
disandangnya saat ini. Masa kecil hingga remajanya pun kemudian dilalui
dengan membantu orang tuanya membuat dan berkeliling berjualan kue ke
toko-toko dan pasar.
8. Purdi E Chandra
Purdi E Chandra
Sosok Purdi E. Chandrakini dikenal sebagai pengusaha yang sukses.
Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan
masuk MURI lantaran memiliki 181 cabang di 96 kota besar di Indonesia
dengan 100 rb siswa tiap th.
Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan
mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah.
Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang
dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.
Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris
dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan
kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa2
dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih
gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita.
Purdi muda yang penuh cita2 dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.
Kini kabarnya sekarang sudah ada lebih dari 500 cabang Primagama di seluruh Indonesia.
9. Hendy Setiono
Hendy Setiono
Hendy Setiono (kebab Baba Rafi) mengawali usaha tahun 2003 di
Surabaya. Modalnya hanya Rp 10 jt atau sebuah gerobak burger. Kini
bisnisnya berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta
santapan ala koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap tahun
terus bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di 25 kota,
antara lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang, Gresik, Jember,
Kediri, Lampung, Padang, Malang, Makasar, Medan, Pasuruan, Pekan Baru,
Karawang, Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo, Tasikmalaya,
Jogjakarta, dan Jakarta.
10. Buya Hamka
Buya Hamka
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul
Malik bin Abdul Karim Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis politik
dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Hamka
mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua.
Ketika usia HAMKA mencapai 10 th, ayahnya telah mendirikan Sumatera
Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan
mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di
surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim
Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus
Hadikusumo.
11. Basrizal Koto
Basrizal Koto
Basrizal Koto atau sering disebut Basko lahir di Kampung Ladang,
Pariaman dari pasangan Ali Absyar dan Djaninar. Masa kecilnya sangatlah
getir, dimana Basko sempat merasakan hanya makan sehari sekali, di mana
untuk makan sehari-hari saja sang ibu harus meminjam beras ke tetangga.
Ayahnya hanyalah bekerja sebagai buruh tani yang mengolah gabah. Meski
sempat bersekolah hingga kelas lima SD, Basko akhirnya berkesimpulan
bahwa kemiskinan harus dilawan bukan untuk dinikmati. Atas seizin
ibunya, diapun memilih pergi merantau ke Riau dibanding melanjutkan
sekolah.Basko yang panjang akal dan visioner mengawali usahanya dengan
berjualan pete.Kemahirannya berkomunikasi, membangun jaringan, menepati
janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya membawanya sukses menaklukan
kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja.
Jumlah perusahaan yang dikelolanya kini mencapai 15 perusahaan dan sejak
2006 dia juga terjun ke bisnis penambangan batu bara di Riau,
menyediakan jasa TV kabel dan Internet di Sumatra.Beberapa perusahaan
yang masuk dalam MCB Group miliknya adalah PT Basko Minang Plaza (pusat
belanja), PT Cerya Riau Mandiri Printing (percetakan), PT Cerya Zico
Utama (properti), PT Bastara Jaya Muda (tambang batubara), PT Best
Western Hotel (Hotel Basko), dll. Proyek terakhir yang tengah digarapnya
adalah pendirian Best Western Hotel dengan 198 kamar. Sebuah hotel
bintang empat plus yang tengah di bangun di Padang, Sumatra Barat.
0 komentar:
Post a Comment